Jumat, 11 Oktober 2013


TEKNOLOGI PERTANIAN
Tenologi yang tepatguna adalah teknologi yang bermakna bagi masyarakat penggunanya.  Jadi Iptek yang bermakna adalah yang secara ekonomis menguntungkan dan dapat meningkatkan kesejahteraann, secara teknis dapat dikerjakan dan dimanfaatkan, dan secara sosial-psikologus dapat diterima serta sejalan dengan kebijakan pemerintah. Mungkin saja Iptek baru itu tidak/belum dirasakan dibutuhkan masyarakat dan mungkin pula Iptek tersebut benar-benar telah dibutuhkan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.  Hal ini tergantung pada “keadaan” masyarakat sasaran (Asngari 2008:11).Usahatani sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, curah hujan, dan ketersediaan airirigasi dan sifat-sifat tanah.  Oleh karena itu, teknologi usahatani yang sesuai untuk suatu lokasi belum tentu sesuai untuk lokasi lainnya.  Dalam kaitan itu, untuk menetapkan anjuran teknologi untuk suatu lokasi, harus didasarkan leh hasil percobaan/penelitian verifikasi di lokasi yang bersangkutan (Tjitropranoto 2005:96).
Teknologi pertanian yang digunakan saat ini tidak semuanya sesuai dengan yang dibutuhkan petani, ada beberapa teknologi yang didominasi oleh program dan proyek untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Materi penyuluhan yang dibutuhkan petani harus  didasarkan pada keempatan, kemauan, dan kemampuan petani untuk menerapkan/memanfaatkannya, bukan karena perhitungan yang secara ilmiah akan menguntungkan (Tjitropranoto 2005:101). Asngari (2008:11) menyebutkan bahwa pemanfaatan Iptek tergantung pada klien dan juga tergantung pada para penyuluh.  Tentu akan lebih cepat prosesnya bilamana kedua belah pihak tersebut saling aktif dan dinamis mencari sampai menemukan teknologi tepat guna pertanian (TTP).
Secara umum teknologi yang diinginkan petani adalah teknologi tidak rumit, dan tidak memrlukan modal besar. Tetapi pada kenyataannya harga sarana produksi seperti pupuk, benih, pakan ternak serta pestisida mahal.Teknologi pertanian yang memerlukan sarana produksi yang mahal akan diterapkan oleh pertani selama ada bantuan untuk menerapkannya, misalnya pemberian sarana produksi oleh proyek, tetapi begitu proyek meninggalkan petani, maka mereka akan kembali ke teknologi semula (Tjitropranoto 2005:101).Sumardjo (2005:162) menyatakan bahwa kajian Iptek yang disponsori oleh pemerintah dimasa lalu yang cenderung sentralistis, cenderung bias padi dan kurang kondusif denganperkembangan inovasi yang spesifik lokal.