TEKNOLOGI PERTANIAN
Tenologi yang tepatguna adalah teknologi
yang bermakna bagi masyarakat penggunanya. Jadi Iptek yang bermakna
adalah yang secara ekonomis menguntungkan dan dapat meningkatkan
kesejahteraann, secara teknis dapat dikerjakan dan dimanfaatkan, dan
secara sosial-psikologus dapat diterima serta sejalan dengan kebijakan
pemerintah. Mungkin saja Iptek baru itu tidak/belum dirasakan dibutuhkan
masyarakat dan mungkin pula Iptek tersebut benar-benar telah dibutuhkan
dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini tergantung pada
“keadaan” masyarakat sasaran (Asngari 2008:11).Usahatani sangat
dipengaruhi oleh keadaan iklim, curah hujan, dan ketersediaan airirigasi
dan sifat-sifat tanah. Oleh karena itu, teknologi usahatani yang
sesuai untuk suatu lokasi belum tentu sesuai untuk lokasi lainnya.
Dalam kaitan itu, untuk menetapkan anjuran teknologi untuk suatu lokasi,
harus didasarkan leh hasil percobaan/penelitian verifikasi di lokasi
yang bersangkutan (Tjitropranoto 2005:96).
Teknologi pertanian yang digunakan saat
ini tidak semuanya sesuai dengan yang dibutuhkan petani, ada beberapa
teknologi yang didominasi oleh program dan proyek untuk mencapai target
produksi yang telah ditetapkan. Materi penyuluhan yang dibutuhkan petani
harus didasarkan pada keempatan, kemauan, dan kemampuan petani untuk
menerapkan/memanfaatkannya, bukan karena perhitungan yang secara ilmiah
akan menguntungkan (Tjitropranoto 2005:101). Asngari (2008:11)
menyebutkan bahwa pemanfaatan Iptek tergantung pada klien dan juga
tergantung pada para penyuluh. Tentu akan lebih cepat prosesnya
bilamana kedua belah pihak tersebut saling aktif dan dinamis mencari
sampai menemukan teknologi tepat guna pertanian (TTP).
Secara umum teknologi yang diinginkan
petani adalah teknologi tidak rumit, dan tidak memrlukan modal besar.
Tetapi pada kenyataannya harga sarana produksi seperti pupuk, benih,
pakan ternak serta pestisida mahal.Teknologi pertanian yang memerlukan
sarana produksi yang mahal akan diterapkan oleh pertani selama ada
bantuan untuk menerapkannya, misalnya pemberian sarana produksi oleh
proyek, tetapi begitu proyek meninggalkan petani, maka mereka akan
kembali ke teknologi semula (Tjitropranoto 2005:101).Sumardjo (2005:162)
menyatakan bahwa kajian Iptek yang disponsori oleh pemerintah dimasa
lalu yang cenderung sentralistis, cenderung bias padi dan kurang
kondusif denganperkembangan inovasi yang spesifik lokal.